Bedah Kapsulotomi Atasi Kecanduan Narkoba
KEMAJUAN di bagian pengetahuan bedah saraf otak memiliki demikian mempercepatnya menyediakan faedah besar membuat perawatan penyakit kejiwaan. Tehnologi bedah saraf otak sekarang tidak hanya bisa mengatasi beberapa penyakit karena kesetimbangan tak terkendali seperti otak skizofrenia atau stres, tetapi juga dapat menyembuhkan pasein dengan ketagihan narkoba.
Ya, harap baru buat penyembuhan pasien pecandu obat-obat terlarang sekarang ada karena dikembangkannya tehnik bedah saraf yang mendapat kapsulotomi. Tehnik bedah ini mulai dikenalkan di Indonesia oleh Profesor Bomin Sun, MD Associate Professor Neurosurgery dan Direktur Bedah Saraf, Shanghai Jiatong University, Rui Jin Hospital, China.
Alfred Sutrisno, SpBS, melakukan bedah kapsulotomi untuk pertamakalinya pada orang pasien asal Indonesia di Rumah Sakit Internasional Omni, Serpong, Tangerang, Jumat (22/8) kemarin.
Tim yang terbagi dalam dokter, psikiater dan pakar neurofisiologi, mengoperasi seorang pasien muda yang berpengalaman skizofrenia yaitu masalah kejiwaan yang mengikuti dengan halusinasi, agitasi serta paranoid. Operasi yang dilakukan pada pasien sadar (operasi sadar) itu berjalan dengan sukses kira-kira 2,5 jam.
"Menurut irit kami, tindakan operasi dengan tehnik serta alat yang digunakan terkait dengan pertamakalinya dilaksanakan (di Indonesia). Operasi ini sesuai dengan operasi fungsional, di mana operasi tidak bisa hanya menggunakan menterapi pasien-pasein dengan skizofrenia, tetapi dapat membantu stres, obsesif kompulsif, distonia, anoreksia, serta masalah ketagihan narkoba, "papar Dr Alfred dalam temu debat pasca operasi.
Alfred menjelaskan, operasi kapsulotomi dengan cara sedarhana bisa dilukiskan untuk tindakan untuk mengaktifkan salah satu sirkut di ruang putih (materi putih) otak yang diperlukan capsula interna. Dengan membebaskan salah satu sirkuit ini, capsula interna ini tidak lagi menghantarkan impuls-impuls negatif hingga kesetimbangan neurotransmitter (cairan kimia otak) pasien diperlukan kembali terbentuk lagi.
Sebelum dilakukan operasi, pasien akan mulai memindai MRI tiga dimensi di bagian kepala. Ini penting untuk tentukan dengan cara tepat atau tempat pada capsula interna yang bisa menjadi sasaran aksi. Dibantu komputerisasi serta alat navigasi yang benar-benar hebat mendapatkan bingkai stereotactic, dokter yang lalu akan memperoleh Arah, kedalaman dan pojok yang pas jalan jalan aksi.
Untuk mematikan circuit sebagai target, team dokter memakai tehnik ablatif memakai satu alat spesial yang akan membakar dengan memakai radio frekwensi serta voltase spesifik. "Ruang yang menghantarkan masalah dibakar agar tidak menghantarkan impuls-impuls negatif pada wilayah itu," katanya
Dalam mekanisme operasi ini tengkorak kepala pasien harus dibor serta dilubangi. Tetapi demikian pasien tetap harus pada keadaan sadar mengingat ada intimidasi serta efek menimbukan kelumpuhan. "Tehnik ini dilaksanakan dekat sekali dengan pusat motorik atau gerak pada otak, hingga semasa operasi pasien terus diawasi serta diberi pertanyaan apa bisa gerakkan sisi badannya seperti kaki atau tangan," sambungnya.
Menyinggung tingkat kesembuhan pasien pascaoperasi, Profesor Bomin Sun memberikan keyakinan jika operasi ini mempunyai tingkat kesuksesan yang capai sampai 80-90 %. Sedang tingkat ketidakberhasilan kurang dari tiga %, serta peluang pasien alami kekambuhan pascaoperasi kurang dari lima %.
Dalam tempat praktiknya di Shanghai Cina, Profesor Bomin Sun mengatakan ada seputar 600 aksi operasi kapsulotomi dilaksanakan tiap tahunnya dengan tenggang umur pasien di antara 6 di antara 67 tahun. Spesial masalah narkoba, dalam periode waktu empat tahun paling akhir Prof Bomin Sun akui sudah mengatasi 10 masalah, serta semua pasiennya sekarang bisa jalani hidup dengan cara normal pascaoperasi.
Sesaat Dr Andri, SpKJ, psikiater dari Rumah Sakit Omni Internasional mengatakan pasien sebaiknya penuhi ketentuan serta diagnosis spesifik agar bisa jalani operasi ini. Untuk skizofrenia contohnya, pasien sebagai target operasi ini ialah mereka yang telah kronis dengan tanda-tanda sikap agresif serta kekerasan pada lingkungan. Operasi ini tidak dapat dilaksanakan untuk pasien Alzheimer.
"Mereka yang menderita skizofrenia mengalami masalah keseimbangan dalam otaknya. Menyetujui pasien yang memerlukan obat untuk menanganinya, tetapi ada banyak masalah yang berusaha atau mungkin tidak mempan dengan obat. Dengan operasi ini, kita perlu menyeimbangkannya lagi. Tehnik operasi ini tidak sama dengan operasi lobotomi yang Skizofrenia Jika dulu, operasi hanya untuk mendapatkan agresivitas, tapi pasien sudah selesai. Tapi operasi ini dapat mengembalikan hingga 80-90%, "terangnya.